Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
PDIP
Sederet Fakta Soal Banteng Vs Celeng di PDIP
2021-10-18 07:37:51
 

 
JAKARTA, Berita HUKUM - PDIP diwarnai polemik internal gara-gara makin banyak kadernya yang mulai menyuarakan nama Ganjar Pranowo sebagai calon presiden untuk Pilpres 2024.

1. Istilah 'celeng' dilontarkan oleh Ketua DPD PDIP Jateng Bambang 'Pacul' Wuryanto untuk menyebut sesama kader yang sudah berani menyuarakan nama Ganjar Pranowo sebagai kandidat capres. "Adagium di PDIP itu yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng," kata Bambang' Pacul Wuryanto. 2. Pacul dikenal sebagai pendukung Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

3. Kader PDIP yang sudah secara terbuka mendukung Ganjar ialah Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo dan Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo.

"Kalau Indonesia besok kepengin mendapatkan anugerah, kalau bahasa Jawa-nya ganjar, ya Ganjar Pranowo," kata FX Hadi Rudyatmo di Solo, Jawa Tengah, Jumat (15/10).

4. Berbagai survei menempatkan elektabilitas Ganjar Pranowo jauh di atas Puan Maharani.

5. Kongres V PDIP pada 2019 mendaulat Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum untuk menentukan sosok capres dan cawapres yang akan diusung pada Pilpres 2024. "Pengumuman akan dilakukan pada momentum yang tepat," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Jumat (15/10).

Hasto menyatakan bahwa penentuan capres dan cawapres memerlukan pertimbangan yang matang, bukan asal deklarasi saja.

"Itulah cara melahirkan pemimpin, perlu pertimbangan matang dan jernih," papar Hasto.

Sementara, Pengamat politik Ujang Komarudin menilai polemik 'banteng versus celeng' di internal PDI Perjuangan bisa menjadi bumerang bagi partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu. Bahkan, lanjut Ujang, polemik itu justru menguntungkan Ganjar Pranowo yang didukung sejumlah kader PDIP.

Ujang pun memberi saran kepada elite PDIP dalam menghadapi polemik tersebut.

"Lebih relaks saja dalam merespons aspirasi dari para pendukung Ganjar, karena PDIP itu, kan, punya mekanisme dan sistem untuk menentukan siapa capres dan cawapres yang akan diusulkan. Apalagi Ganjar itu, kader sendiri," kata Ujang kepada JPNN.com, Minggu (17/10).

Akademisi Universitas Al Azhar Jakarta itu juga menilai polemik tersebut bisa saja menandai benih-benih perpecahan sudah muncul di tubuh PDIP. "Fenomena perlawanan kelas bawah PDIP pada elite-elitenya," ujar Ujang.

Istilah 'celeng' awalnya dilontarkan oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto.

Pacul, sapaan akrab Bambang, menyematkan sebutan celeng kepada kader PDIP yang mendeklarasikan dukungan untuk Ganjar Pranowo.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul memberi tanggapan terkait konflik antara Ketua DPD PDIP Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Menurutnya, konflik tersebut bisa diartikan sebagai drama yang berusaha untuk menaikkan popularitas PDIP sebelum Pilpres 2024 dimulai.

"Saya melihat ini sebagai dramaturgi politik. Bisa juga di panggung depan itu mereka saling bersinggungan atau berlawanan," ujar Adib, Minggu (17/10)

Tidak hanya itu, dirinya juga mengira bahwa ada settingan di belakang layar agar PDIP selalu menjadi topik panas untuk diperbicangkan.

"Bahkan bisa saja disetting sedemikian rupa di panggung belakang. Panggung belakang itu apa? Sebenarnya bisa juga disetting agar PDIP selalu seksi dibahas oleh publik," kata dia.

Oleh sebab itu, dirinya menduga bahwa ada sebuah agenda yang dibuat oleh PDIP. Sebab, dirinya mencurigai adanya dramaturgi poitik antara belakang dan depan panggung PDIP.

"Hal tersebut merupakan upaya Bambang Pacul yang membahas celeng perjuangan ini dibahas untuk mendapatkan panggung demi meraih popularitas dan elektabilitas. Jadi saya kira ini panggung politik yang memang banyak dimainkan oleh berbagai pihak, nanti mungkin polanya merasa teraniaya, akan tetapi ujung-ujungnya dijadikan komoditas politik," tutur Adib Miftahul.

Sebelumnya, dirinya turut menerangkan bahwa pernyataan Bambang Pacul tidak etis soal sebutan celeng untuk kader PDIP yang memberi dukungan pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Kalau soal etis atau tidak etis ya jelas tidak etis, karena ini bisa menimbulkan polemik di internal PDIP itu sendiri," imbuh Adib.

Kendati demikian, menurutnya hal tersebut sangat wajar karena internal PDIP sudah memiliki putri mahkota yang tidak akan tergantikan.

Seperti diketahui, banyak pihak pula yang menduga bahwa Ketua DPR Puan Maharani yang notabene anak Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri telah dipastikan ikut dalam kontestasi politik 2024.([Democrazy/genpi/JPNN/bh/sya)



 
   Berita Terkait >
 
 
 
ads1

  Berita Utama
Polri dan KKP Gagalkan Penyelundupan Benih Bening Lobster Senilai 19,2 Miliar di Bogor

Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

 

ads2

  Berita Terkini
 
Polri dan KKP Gagalkan Penyelundupan Benih Bening Lobster Senilai 19,2 Miliar di Bogor

Oknum Notaris Dilaporkan ke Bareskrim Polri atas Dugaan Penggelapan Dokumen Klien

Kuasa Hukum Mohindar H.B Jelaskan Legal Standing Kepemilikan Merek Polo by Ralph Lauren

Dewan Pers Kritik Draf RUU Penyiaran: Memberangus Pers dan Tumpang Tindih

Polisi Tetapkan 4 Tersangka Kasus Senior STIP Jakarta Aniaya Junior hingga Meninggal

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2